Satire Akhir Tahun

ayah-dan-anak
pic: kompasiana.com

Sabari takkan pernah lupa, hujan lebat, September, saat itulah Lena mengambil Zorro darinya. Dua minggu setelah itu ibunya meninggal. November, Marleni hilang. Tetangga melihat kucing itu kabur bersama seekor kucing garong.

Sabari mengalami situasi sudah jatuh tertimpa tangga, lalu menginjak paku dan pakunya karatan, mengandung bahaya tetanus. Semua orang telah pergi naik kapal Nabi Nuh, dia ditinggal sendiri, tak diajak. Yang tertinggal hanya dua, dia dan sepi.

Salah satu hal yang paling kuingat dari cara bercerita Andrea Hirata adalah kemampuannya membawaku merasakan kepedihan, kemalangan, rasa cinta dan berbagai macam perasaan pada tokoh-tokoh ceritanya. Seperti dalam dua paragraf di atas, yang kukutipkan dari bagian Satire Akhir Tahun, nampak penulisnya sangat piawai mengungkapkan betapa hidup Sabari dirundung kemalangan demi kemalangan melalui majas atau gaya bahasa yang mudah menyentuh hati. Hujan lebat, anaknya yang bernama Zorro diambil paksa Lena. Kehilangan anak yang sangat disayanginya meskipun bukan anak kandung sendiri. Masih ditambah kehilangan bertubi-tubi tiga anggota keluarga dekatnya. Ibunya, ayahnya dan Marleni, kucing betina yang kabur bersama kucing garong.

Banyak permainan majas yang detil dalam novel-novel yang ditulis Andrea Hirata. Di paragraf ke dua ia menggambarkan keadaan Sabari yang tak henti-hentinya dirundung malang dengan mengibaratkan sudah jatuh tertimpa tangga. Tak cukup tertimpa tangga, kemalangan Sabari masih berlanjut dengan perumpamaan menginjak paku, pakunya karatan dan mengandung bahaya tetanus. Masih belum cukup. Digambarkannya semua orang telah meninggalkan dia seperti berbondong-bondongnya semua orang menaiki kapal Nabi Nuh. Dan dia tak diajak juga. Ditinggal sendiri. Hanya sepi yang ditinggalkan untuknya, sehingga yang tertinggal hanya dua: dia dan sepi.

Yang belum begitu aku pahami dari bagian ini adalah makna kata satire dalam judul di atas. Tetapi kalau boleh ditafsirkan, barangkali satire yang dimaksud oleh penulis adalah tentang Lena yang teramat dicintainya walaupun orang yang dicintai itu menolaka dan membencinya dengan amat sangat. Sebuah ironi yang menyakitkan dari kisah cinta dan pernikahan Sabari yang bertepuk sebelah tangan. Maka, penulisnya menyindir halus lewat gambaran Marleni, kucing Sabari yang menjadi pasangan kucing jantan yang dinamai Abu Meong. Marleni dikatakan kabur bersama kucing garong. Jadilah Sabari dan Abu Meong bernasib sama. Nasib yang amat mengenaskan. Kiranya di sini letak satirenya.

Satire akhir tahun berisi kejadian-kejadian pilu yang berlangsung semenjak September hingga Desember. Kebangkrutan warung Sabari menjadi pelengkap semua penderitaan itu. Sebuah ironi di saat-saat orang gegap gempita menyambut tahun baru.

Bagian Satire Akhir Tahun ini aku pilih secara acak untuk kubaca dan kuberikan sedikit review. Sempat membaca Purnama Ke Dua Belas, Radio dan Markoni. Membaca bagian-bagiannya masih belum terasa geregetnya karena seolah-olah pada bagian awal-awal cerita seperti bagian-bagian yang terpisah tanpa terhubung oleh alur cerita. Tapi aku yakin dari kepingan-kepingan yang terlihat masih terpisah itu akan terhubung menjadi kejutan-kejutan di akhir-akhir cerita. Dan saat itu kalau aku sudah membacanya mungkin akan terucap kalimat, “Ooo… begini toh ceritanya.” Siapa Amiru, siapa Amirzah dan siapa Markoni kelak akan bertemu dalam rangkaian cerita yang menakjubkan.

Minggu ini aku baru bisa kembali membaca novel ini lagi, setelah beberapa hari terakhir disibukkan oleh tugas kantor. Mudah-mudahan minggu depan sudah bisa mulai menghabiskan novel Ayah yang keren ini, walau jujur buat aku menuntaskan novel itu di saat-saat ini butuh perjuangan. Tidak seperti dulu saat masih banyak waktu, bisa menyelesaikan tetraloginya dari Laskar Pelangi sampai Maryamah Karpov dalam waktu singkat. Tetapi aku yakin, setiap perjuangan akan berbuah manis pada akhirnya.

Btw, meskipun belum tuntas membaca novel ini aku bisa bilang bahwa novel ini layak untuk dibaca terutama oleh para Ayah. Betapa perlu seorang ayah memiliki ketulusan dan kecintaan seperti Sabari. Kecintaan terhadap anak dan istrinya hampir tanpa syarat.  Walau tidak harus sesentimentil sosok Sabari.

*

Advertisement

11 thoughts on “Satire Akhir Tahun

    1. Iya, Rifi. Dulu temenku juga mengomentari buku pertamanya dia kurang suka karena banyak istilah-2 ilmiah yang gak bisa cepat dipahami. Tapi waktu itu aku baca aja sampa akhirnya ketagihan membaca lanjutannya. 😀

      Like

Comments are closed.