Di pintu gerbang perkampungan
Pada rindu yang selalu kita titipkan
Semilir angin tentu telah menyampaikan
Suka duka anak-anak perantauan
Tak mungkin lupa kampung halaman
Tempat menuju kepulangan
Membincangkan kenangan
Merekatkan kembali ingatan
Kampung halaman
Tegalan coklat bebatuan
Ladang yang kita tinggalkan
Gembalaan yang kita tanggalkan
Siapakah yang meneruskan
Kabarnya tegalan tak lagi menghasilkan
Singkong tak lagi dibudidayakan
Bahan gaplek yang dulu diandalkan
Pete melambai menggiurkan
Masihkah ada di perkebunan
Untuk bayar SPP bulanan
Kudengar…
Jati-jati yang makin lebat
Makin padat di sepanjang tegalan
Pada tanah coklat bebatuan
Semoga lebih menjanjikan
Meski butuh waktu semakin panjang
Singkong yang makin ditinggalkan
Kehilangan para penggarap tegalan
Maafkan kami yang pindah haluan
Jauh di tanah perantauan
Sudah lama kudengar
Adik-adik kami pun ganti haluan
Memang tak seperti kami ke perantauan
Tetap menetap di kampung halaman
Oleh para pejabat diijinkan
Pabrik-pabrik baru didirikan
Tidak jauh dari perkampungan
Agar tenaga kerja dalam jangkauan
Menghemat ongkos perjalanan
Juga tak perlu menyiapkan jemputan
Semoga tetap membawa kemajuan
Kampungmanis tanah perantauan, 25 Nop 2019
Terinspirasi dari lagu Simo, Aku Pengen Bali
Jika lowongan pekerjaan bisa didapatkan semudah mencarj gorengan, maka saya yang juga bertitel perantau inginnya kerja di kota yang sama dengan anak dan istri.
Semoga para perantau selalu diberikan kesehatan dan keselamatan di manapun mereka berada
LikeLiked by 1 person
biasanya saya pelit menjelaskan disebalik puisi, kali ini kusebutkan sumber inspirasinya
LikeLike
Nanti coba aku cek lagunya Simo ini
LikeLike
itu kampung halamanku mas, meskipun sebenarnya secara administrasi bukan, tapi secara sosiologis ya.
berbahasa jawa mas, maaf kalau sulit memahaminya
LikeLike
Saya sedang membaca ulang puisimu, Mas. Mencoba memahami
Heehe..
LikeLiked by 1 person
silakan
LikeLike
Cepat atau lambat geliat perubahan pasti terjadi….
LikeLiked by 1 person
betul
LikeLiked by 1 person
Mau tidak mau, suka tidak suka dan akhirnya yang tertinggal hanya kenangan dan kerinduan…
LikeLiked by 1 person
saya suka menghidupkan kenangan dalam bentuk puisi, karena ya realitanya pasti sudah berbeda apalagi pada rentang jarak puluhan tahun
LikeLiked by 1 person
Kita hampir sama (Eh, siapa sih diriku yg sok² menyamakan diri dgn sang maestro). Aku juga sering menuliskan sesuatu tentang kenangan. Tapi, ya gitu deh… cara penulisanku tidak semenarik Pak Narno.
LikeLiked by 1 person
kita sama-sama belajar kan. masing-masing punya style dalam penulisan. saya suka belajar dari siapapun tentang menulis. saya beranikan sowan ke Pak Tohari demi dapat nasehatnya
LikeLiked by 1 person
Asal jangan kena gusur aja, kasian yang punya lahan hehehe
LikeLiked by 1 person
bukan di pemukiman, tentunya ada ganti rugi lahan yang dijadikan pabrik
LikeLiked by 1 person
Ya semoga saja, aman, tentram, sentaousa
LikeLiked by 1 person
amin
LikeLike
aku juga sering kangen saat ke kampung pak. tidak ada pembangunan berarti di sana, tapi kondisi alam sudah tidak seindah dulu lagi. Dulu sungainya bisa untuk bermain, sekarang sudah kotor dan kering. Mungkin zaman memang semakin tua. Kenangan tinggal cerita. Sekarang tinggal menatap masa depan dan berdoa semoga anak cucu diberi keselamatan dunia dan akherat. amin.
LikeLike
di kampungku sawah masih ada, sudah menggunakan traktor. untuk tanah tegalan yang memang kehilangan penggarap, maka banyak dijadikan hutan jati. Tak ada lagi yang menggembala sapi atau kambing. Sungai agak lumayanlah, tidak kotor. Untuk sungai kusiapkan tersendiri sebuah puisi: Hujan dinanti Anak bengawan (maksudnya sungai anakan bengawan solo)
LikeLike