
Pahlawan Zaman Now
Pahlawan adalah orang yang menolong dan berkorban melakukan sesuatu kebaikan untuk orang lain. Pahlawan adalah orang yang berjuang untuk menegakkan kebenaran untuk kemuliaan orang lain. Dia berkorban dengan segala kegigihannya, mengorbankan pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan untuk mengorbankan nyawanya. Sedangkan pahlawan menurut pandangan islam adalah orang yang berjuang memperjuangkan kebenaran, menghindari kemungkaran, seperti disebutkan didalam surat Ali-Imron ayat: 104
“dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan itulah orang-orang yang beruntung”.
Rasulullah merupakan role model dari seorang pahlawan, ia membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang, membawa risalah islam hingga akhir zaman. Beliau berdakwah dan bersabar walau banyak halangan dan rintangan yang menyelimuti. Salah satu musuh rasulullah yang menentang ajarannya adalah pamannya yaitu Abu Jahal, ia adalah orang kafir Quraisy yang selalu menghalang-halangi dan memusuhi Nabi Muhammad SAW dengan ejekan dan hinaan.
Pahlawan berasal dari kata “pahala”wan yang artinya berhak mendapatkan pahala, generasi dulu berjuang untuk membela agama, membawa peralatan perang serta melawan musuh untuk membela agama Allah, salah satu contoh pahlawan cilik yang telah behasil membunuh Abu Jahal adalah Muadz bin Amru dan Muadz bin Afra. dalam konteks kekinian, pahlawan tidak lagi berperang dan mengangkat senjata, akan tetapi berperang melawan kedholiman, hawa nafsu, kebodohan, kemaksiatan, buang-buang waktu, membela kebenaran dan mencegah kemungkaran.
Hal ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita, bahwa Abu Jahal masa kini bukan membunuh dengan menebaskan pedang ke lehernya, akan tetapi dengan melawan kebodohon dengan ilmu pengetahuan, seperti didalam sebuah Mahfudhot (Syair Arab) bahwasanya:
“Ilmu itu Ibarat hewan Buruan dan tulisan ibarat tali pengikatnya, oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan dengan tali yang kuat.
“sungguh tolol jika kau berburu kijang, setelah berhasil kau biarkan saja dia tanpa di ikat.
Begitu juga dengan orang yang keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu tapi dia tidak mencatat ilmu yang ia dengar. Maka sungguh bodoh dan merugi.
Selain menjadi pahlawan kebodohan dengan ilmu pengetahuan, kita juga harus melawan rasa malas yang ada di dalam diri kita, kemalasan banyak menjangkiti Indonesia akibat ketersediaan ekonomi dan teknologi, mungkin kita harus belajar dari para pejabat yang punya kekuasaan tetapi mereka tak segan untuk bekerja keras seperti presiden, joko widodo, susi puji Astuti,dll. Juga disebutkan di dalam Hadits disebutkan:
غْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
Ghonim bin Qois berkata,
كنا نتواعظُ في أوَّل الإسلام : ابنَ آدم ، اعمل في فراغك قبل شُغلك ، وفي شبابك لكبرك ، وفي صحتك لمرضك ، وفي دنياك لآخرتك . وفي حياتك لموتك
“Di awal-awal Islam, kami juga saling menasehati: wahai manusia, beramallah di waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu, beramallah di waktu mudamu untuk masa tuamu, beramallah di kala sehatmu sebelum datang sakitmu, beramallah di dunia untuk akhiratmu, dan beramallah ketika hidup sebelum datang matimu.” (Disebutkan dalam Hilyatul Auliya’. Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 387-388).
Maksud dari Hadits di atas adalah, jika waktu muda sudah malas beribadah, maka jangan harap waktu tua kita bisa giat untuk beribadah, jika waktu sehat sudah malas solat, jangan harap ketika sudah sakit bisa semangat, jika saat kaya sudah malas sedekah, jangan harap ketika miskin bisa keluarkan harta untuk jalan kebaikan, jika ada waktu luang enggan mempelajari ilmu agama, jangan harap saat sibuk bisa duduk atau menyempatkan diri untuk meraih ilmu, jika hidup sudah enggan bertakwa apa sekarang yang kita harapkan dari hidup, selain kematian.
Selain menjaga diri dari rasa malas, kita juga harus menjadi pahlawan dari hal yang sia-sia, karena semakin baik islam seseorang adalah dengan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, waktunya hanya diisi oleh hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Sedangkan tanda orang yang tidak baik islamnya adalah sebaliknya.
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
So JANGAN RAGU LAGI GUYS….Untuk menjadi pahlawan kebaikan, melawan hawa nafsu, rasa malas, kebodohan, menghabiskan waktu dengan hal yang sia-sia, minimal menjadi pahlawan bagi diri sendiri, maka dampaknya tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia, tapi juga bermanfaat untuk kehidupan di akhirat.
nice post
LikeLike