
Aku punya 7 orang sepupu dari pihak ibu. Dari yang usianya hanya setahun lebih tua dariku, hingga yang saat ini masih duduk di bangku TK.
Fikri si Ulet
Yang paling tua namanya Fikri. Sekalipun dibilang ‘paling tua’, usianya hanya setahun lebih tua dariku. Dia anak sulung dari adik pertama ibu. Tubuhnya tinggi, rambutnya cepak. Kami punya kesamaan: sama-sama lahir di Pontianak dan penyuka kucing. Saat lulus SMP, dia merantau ke Depok untuk lanjut sekolah dan menumpang tinggal di rumahku. Orang tua dan adiknya menyusul saat dia naik ke kelas 11. Orangnya ulet sekali. Lepas lulus SMK, dia diupayakan oleh orang tuanya untuk kuliah. Akhirnya, dia kuliah di universitas swasta yang masih satu kota. Jurusannya Ilmu Ekonomi―yang tidak akan pernah kuambil, hahaha. Saking uletnya, setelah lulus S1 dia mendapat beasiswa S2 dari kampusnya. Kini dia berkuliah sambil bekerja.
Fahri si Apa-aja-bisa
Yang ini adiknya Fikri. Bukan mantan anggota DPR ya, hahaha. Mereka dua bersaudara. Saat ini sudah kelas 12 SMK, jurusan multimedia. Kayaknya dia memang lebih berjiwa seni―sama sepertiku. Karena jurusannya multimedia, hobinya mengoprek software grafis, seperti Adobe After Effect dan Adobe Illustrator. Kesukaannya juga beragam, sama sepertiku (lagi). Dia suka banget sama motor dan berdagang. Pernah dia beli motor bekas dengan uang tabungannya sendiri. Saat sudah bosan, dijual lagi motornya lewat toko online―dan laku dengan mudahnya. Dia juga suka masak. Kami berdua adalah orang yang akan tenang-tenang saja ketika ditinggal pergi dalam keadaan lapar, soalnya bisa masak sendiri, hehe.
Karin si Tekun
Selanjutnya adalah Karin. Dia anak dari adik kedua ibuku. Usianya lima tahun lebih muda dariku. Sama-sama lahir di Pontianak―lima dari tujuh sepupuku lahir di sana. Dia juga merantau ke Depok saat hendak masuk SMA. Kini dia sudah kelas 12 SMK, sebaya dengan Fahri. Walaupun begitu, dia mengambil jurusan akuntansi (kenapa ya pada ekonomi-ekonomi begini, hahaha). Karin ini giat sekali belajarnya. Pelajaran favoritnya berhubungan dengan hitung-hitungan. Saat pembagian rapot, ibuku merasa tidak perlu melihat rapotnya lagi karena sudah yakin bagus, hahaha. Sepupuku yang satu ini bercita-cita ingin kuliah di STAN. Sama seperti Fikri, dia juga ingin mengubah nasib keluarganya.
Rani si Kepo
Yang ini adiknya Karin. Lebih muda lima tahun dari kakaknya. Bisa dibilang, dia orang Pontianak asli. Bahasa dan aksennya sudah orang sana, hahaha. Anaknya kreatif dan aktif. Rasa ingin tahunya besar, alias kepo. Benar-benar hobi nanya! Aku juga semacam dijadikan role model olehnya―entah mengapa tampak demikian. 😀 Setahun yang lalu, dia menyusul kakaknya ke Depok bersama ibu dan adik bungsunya. Dia juga sempat bersekolah di SMP dekat SMK kakaknya selama setahun. Namun, usai lebaran 2019 dia kembali ke Pontianak karena disuruh ayahnya kembali ke sana.
Dimas si Ceriwis
Ini adik sepupuku yang paling bontot. Usianya saat ini … sebentar, lima atau enam ya? 🤔 Kalau dia ini benar-benar Pontianak banget. Orisinal. Logatnya Pontianak sekali, mirip Upin Ipin, hahaha. Orang sana biasanya memakai kata kamek sebagai ganti kata aku. Nah, si Dimas ini kalau ngomong aku, selalu pakai kata kamek. Waktu kemarin di Depok juga begitu. “Kamek suke (aku suka) di sini, nyaman (enak),” ujarnya ketika ditanya lebih suka di Depok atau Pontianak. Sama siapa pun ngomongnya kamek. Gara-gara itu, dia dipanggil Dimas Kamek oleh tetangga rumahku. 😂 Dia juga (sangat) ceriwis, tapi juga pintar! Selalu ingin tahu dan hobi bertanya.
Hisyam si Medok
Selanjutnya anak sulung omkuーadik bungsu ibuku. Namanya Hisyam. Dua bersaudara bersama adiknya, Lintang. Dia saat ini kelas 3 SD (jauh banget sama aku, hahaha). Pipinya bikin gemas, minta diuyel-uyel. Karena lahir di Surabaya (atau Sidoarjo ya?), medok jawanya masih nyantol, hahaha. Padahal sudah dua tahun lebih tinggal di Banjarmasin. Dia juga pintar ngomong. Saking pintarnya, dia paling jago membuat klarifikasi. Semisal adiknya menangis karena rebutan mainan, sebelum ibunya marah, dia langsung memberi klarifikasi diawali kalimat, “Bentar, Bhun, Kakak jelasin dhulu…,” ujarnya dengan medok. 😂
Lintang si Ceplas-ceplos
Terakhir! Yang ini adiknya Hisyam. Sekarang dia sedang TK, dan lokasinya tidak jauh dari SD kakaknya. Aku pernah mengantar mereka ke sekolah saat sedang liburan ke Banjarmasin. Lintang ini juga pintar, tapi memang lebih mudah menangis. Kalau sudah kelamaan menangis, dia pasti muntah. 😅 Lahirnya di Jawa Timur, tapi dia besar di Banjarmasin, jadi medok jawanya tidak ada. Dia kerap menceletuk lucu, cenderung ceplas-ceplos. Pernah suatu ketika dia sedang membetulkan tali sepatunya. Namun, sang bunda terburu-buru dan menarik tangannya agar berjalan lebih cepat. Gara-gara itu dia jatuh, lalu ditertawakan ibu-ibu lain di sekitar sana. Saat pulang, dia menangis dan bilang, “Bunda jangan bikin malu adik lagi, ya.” 😂
Kalau dijabarkan begini, aku semacam bisa mengategorikan para sepupu berdasarkan usianya. Yang ‘tua’ pada menginspirasi, sedangkan yang masih bocah suka bikin terhibur, hahaha. Lucu ya, di usia segini aku masih punya sepupu sekecil itu, hehe.
Oh ya, kalau dari pihak ayah, aku punya 1 sepupu kandung, 4 sepupu tiri, dan 1 sepupu angkat. Bagaimana dengan kalian? 😁
Sungguh keluatga yang besar. Salam buat yang paling ceriwis ya.
Hehe..
LikeLiked by 1 person
Hahaha, iya. Pas lebaran kemarin alhamdulillah bisa ngumpul semua dan mudik bareng, jadi ramaiii. 😄
LikeLike
Alhamdulillah
LikeLiked by 1 person
Saya selalu berpikir bahwa keluarga, anggota keluarga adalah hadiah yang dikirimkan Tuhan sebagai tanda bahwa Dia menyertai hidup kita di Dunia. Sungguh keluarga yang menyenangkan milikmu ini, Mbak.
LikeLike
Wah.. kalau kumpul pasti rame ini. Bahasanya Bhineka Tunggal Ika. Hahaha. Jawa, Kalimantan dan Betawi (Depok).
Kalau kamu aksennya medok gak, Rifi. 😀
LikeLiked by 1 person
Hahaha, bener banget. Sebetulnya aku juga baru sadar setelah dikasih tahu sama MasHP, lho. Hehe.
Kalau akuu seringnya tanpa aksen, tapi kadang suka menyengajakan medok Jawa (sering), Kalimantan (jarang), dan Sunda (jarang banget). 😀
LikeLike