Rupanya tugas itu berlanjut. Mumpung hari jumat liburan di rumah, kuusahakan mengunyah ingatan masa lalu. Kudapati beberapa nama yang mirip-mirip yang pernah berinteraksi denganku. Tugas Ketik#7 kali ini kami semua diminta mendeskripsikan 7 orang terdekat dengan minimal kata 50 kata per orang. Mohon maaf terdekat di hati ya, karena secara geografi tak ada satupun yang saat ini berdekatan denganku.

Masih kuingat bagaimana piasnya wajahku saat itu. Temanku yang satu ini memang luar biasa. Tendangannya keras juga akurat. Jarang ada yang berani menghadangnya. Aku sebenarnya bukan pemain yang baik, hanya dapat badan tinggi saja nekad menghadang tendangan kerasnya. Alhasil megap-megap nafasku. Tendangan tajam menerjang dadaku hanya jarak sekitar dua meter. Temanku juga kaget, sepertinya tak menyangka kalau akurasi tendangannya kali ini kena hadang bahkan oleh pemain yang tak pernah diperhitungkan oleh teman-teman. Temanku ini namanya Suparno badannya tegap lebih besar dari diriku. Rambut lurus, biasa penampilan potongan pendek. Remaja tetangga desa yang satu sekolah denganku.
Sumarno cucu dari adik nenekku. Biasa memanggilku kang hingga sekarang. Aku heran sampai saat ini belum kutemukan helaian putih di kepalanya. Sedikit bergelombang rambutnya. Ramah pembawaannya. Jika pulang kampung tak pernah lupa bertandang ke rumah ibuku. Ya, ibuku dianggapnya juga seperti ibunya. Waktu kecil sering mengajakku jalan-jalan mencari ikan lele. Beli benihnya sampai ke desa lain naik sepeda. Tentu aku yang duduk di boncengan. Oh iya, kan merantau ya. Begini, kami sama-sama merantau dia awalnya ngakunya kerja jadi tukang buat sekrup di Jakarta.
Sunardi temanku waktu SMP. Absennya persis sebelumku. Rambutnya lurus, agak kaku. Mungkin lebih kaku rambutku. Seringnya sisiran belahan ke kiri. Akademiknya tidak seberuntung diriku. Belum sampai kelas tiga sudah tamat duluan. Tersandung kasus pencurian (ups, maaf jangan bilang-bilang) di pasar. Korbannya tetanggaku, yang sering memberikan uang jajan padaku. Juga tahu kalau pelakunya teman sekelasku. Aku tidak mengerti bagaimana beliau bisa tahu, padahal desa temanku lumayan jauh.
Yang satu ini tentu tak bisa kulupakan. Kumis tipisnya. Rambut lurus dengan belahan tengah yang sangat rapi. Ketika mengabsen tidak pernah sekalipun menyebut namaku. Jika dari atas berhenti sebelum namaku disebut, jika dari bawah tidak jauh beda. Pernah memberikan tugas semua siswa harus presentasi ke depan kelas. Giliran tinggal aku satu-satunya berhentilah amanahnya. Beliau mengalihkan topik pembahasan. Sikap beliau sepertinya karena memiliki nama yang sama dengan diriku. Beliau adalah guru elektronika dan pertanian di SMA ku.
Sebenarnya kesamaan nama sudah ada sejak diriku masih SMP. Tepatnya kelas tiga (istilah sekarang kelas sembilan). Seingatku beliau memanggil namaku hanya sekali, saat perkenalan di pertemuan pertama, dengan mimik yang kaget. Selanjutnya selalu dengan isyarat yang entah selalu bisa kutangkap. Rambutnya selalu klimis rapi, hitam tebal. Wajahnya bulat. Beliau guru yang sangat ditakuti. Satu kelas kecuali aku telah dihadiahi bedak kapur tulis, karena gagal mengerjakan soal-soal matematika. Semakin sering gagal berarti semakin banyak mendapatkan hadiah. Diriku tidak mendapatkan hadiah bukan karena kesamaan nama. Tapi takdir menguntungkanku. Jika aku gagal artinya menurut beliau tidak ada teman lain yang bisa, maka beliau turun tangan menjelaskan.
Joko Sukirno rambut selalu cepak. Ya pastilah, namanya juga menwa. Cepak itu wajib seperti tentara. Tingginya sedikit di atasku. Atletis. Waktu itu badannya lebih gede dari diriku. Sekarang tidak tahu. Prestasi akademik lebih beruntung dibanding diriku. Dengan bukti dia wisuda lebih duluan, dibanding diriku yang masih mencari uang tambahan. Jurusan yang diambil juga lebih bergengsi.

Ah, masih ada lagi nama yang mirip. Beliau sudah almarhum. Dosenku waktu di Purwokerto. Suaranya menggelegar. Lantang berwibawa. Dikenal sebagai profesor lebah. Akulah mahasiswanya yang terakhir. Seorang diri. Teman-temanku ditolak jika meminta beliau jadi pembimbing skripsi sedangkan aku malah disuruhnya mengajukan nama beliau. Kami biasa memanggilnya prof Anarno. Tidak sedikit teman-temanku yang latah memanggilku dengan nama beliau. Mohon bacakan al fatihah untuk beliau.
banyak juga ya nama yang hampir mirip
Temanku juga kaget, sepertinya tak menyangka kalau akurasi tendangannya kali kena hadang bahkan oleh pemain yang tak pernah diperhitungkan oleh teman-teman. (sepertinya ada kata yang hilang. Yaitu kata BEBERAPA. Sehingga menjadi “…sepertinya tak menyangka kalau akurasi tendangannya beberapa kali kena hadang bahkan oleh pemain..)
LikeLiked by 1 person
oke saya cek ulang
LikeLike
harusnya kali ini, ok saya perbaiki
LikeLike
Wah, dah siap KETIK#8 nih mas Narno. 😀 Top.
LikeLike
posting puisi dulu aja ya
LikeLike
great, master!
LikeLike
terima kasih
LikeLike
Nyaris nama semua orang terdekatnya diawali huruf S ya, mas 😛
LikeLike
dan masih banyak lagi, begitulah orang jawa memberikan nama pada anak-anaknya
LikeLike