
Hidupku adalah rumah, dan aku adalah pemiliknya, yang datang aku sambut, yang pergi aku persilahkan, sisanya adalah tamu yang tidak bisa kupaksa tinggal
Tidak hanya kebahagiaan yang harus dibagi, tapi duka, takut dan amarahpun perlu diungkapkan tapi pada telinga yang tepat
ada banyak hal yang tak bisa kuutarakan, maka kudiamkan saja, semua yang tersampaikan, hal-hal yang mungkin menyakitkan, perihal aku yang katanya rumit kutuliskan saja dalam sedihku
Kebahagiaan saya bukan hanya tentang sesuatu yang membuat saya bahagia, tapi juga ketika saya melihat wanita yang saya cintai bisa menghabiskan hidupnya dengan caranya sendiri
Hidup memang terus berjalan tapi kebersamaan itu tak pernah lekang,
Jika kebahagiaan itu adalah tempat, maka saparuh bumi ini akan kosong, karena setiap orang akan berbondong-bondong menuju tempat tersebut
Hanya waktulah yang akan mempersatukan kita, hanya kepada-Nya, kita memohon doa
Nice post
Btw, tak ada ‘ku’ dalam preposisi yang dibahas
Harusnya yang ada adalah di, ke, ke-, pun, nya,-Nya
LikeLiked by 1 person
nanti di edit sip
LikeLike
Ungkapan yang indah. Tinggal tanda baca titik, huruf besar di awal kalimat, dan ketentuan event yang mungkin belum tuntas dibaca. 😀
LikeLiked by 1 person