Bismillah.
Lelah, menengadah
Meminta dengan hati yang basah
Memohon dalam raga yang lemah
Mengaku, menyerah
Melebur dengan pasrah
Biar dunia berkata, terserah
Kukantongi cerca dalam celah
Lelah, menengadah
Niat lurus melapisi sajadah
Sujud menyatu dengan tanah
Berkata-kata pun payah
Tenggelam kenang salah

Lelah, menengadah
Zalim dihilangkan susah
Bertaubat sudah pernah
Tapi terperosok lagi salah
Adakah mustahil surga menjadi rumah
Bagiku yang lelah
Bagiku yang menengadah
Bandung, 20 Shafar 1441
Annur Mardiah.
Hai, Teh Diah
Puisi sungguh indah
Sebuah pengingat bagi jiwa yang lemah
Hai, Teh Diah
Manusia berlaku benar dan salah
Ada yang istiqomah, ada yang hilang arah
Hai, Teh Diah
Jangan gelisah, tak usah kau resah
Jangan gundah, enyahlah rasa bersalah
Hai, Teh Diah
Sujudmu di sajadah saat ibadah
Berisi doa-doa dan muhasabah
Hai, Teh Diah
Jangan lelah menengadah
Karena setiap doa kelak akan dijabah
Hai, Teh Diah
Jangan putus asa dan menyerah
Karena setelah susah akan datang mudah
Ps : Dari saya tukang es buah
LikeLiked by 2 people
waaah pasti mahal nih es buahnya kalau yang jual mahir berdiksi kayak Kang Fahmi, hehehe. Terima kasih kaang
LikeLike
Sami-sami. Yuk dadah
LikeLike
Wah, Teteh Diah akhirnya berpuisi. Engkau mengingatkanku tentang hujan di Sapporo. Keren puisinya, Teh.
Kalau aku bukan tukang buah. Tapi kalau dikasih buah gak nolak. Hehe.
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, Mas… Terima kasih, hehehe
LikeLike
keren puisinya, selain berima yang indah juga membentuk pola yang indah. selanjutnya bisa dieksplor lebih jauh membuat puisi dengan berbagai pola yang disukai
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, siap Mas insya Allah. Ditunggu kelas puisinya, hehe.
LikeLiked by 1 person
temen-temen puisinya bagus-bagus kok
LikeLike