tanpa keluh
daun-daun kering luruh
berguguran pelan-pelan
melepaskan segenggam pegangan
tanpa keluh
bercerai dari tangkai
melayang-layang pelan
mencium pangkal akar
bergenggaman dengan tanah
membusuk melaksanakan titah
daun-daun luruh
tanpa keluh
menggenggam air
teraduk busuk jadi pupuk
maka, suburkanlah
rindang bunda
yang menuntunmu tumbuh
kampungmanis, 01/11/2019
Nice poet. Keren puisinya, mas. Semoga hujan yang turun hari ini ( moga di tempat mas Narno juga ), mengganti daun-2 yg telah luruh itu.
LikeLiked by 1 person
di tempatku masih menunggu, baru gerimis satu dua menit dan berhenti lagi
LikeLike
alhamdulillah MasHP, hujan telah benar-benar kutemui di depan kelas kemaren siang pas istirahat pertama
LikeLike
Mantap
LikeLiked by 1 person
terima kasih
LikeLike
Aku ulang-ulang puisinya, renyah
LikeLiked by 1 person
terima kasih apresiasinya, puisi model begini yang sering saya puas menuliskannya
LikeLike
Iya mas sehat terus biar saya bisa menikmati coretannya đź’Ş
LikeLiked by 1 person
saya banyak belajar dari para penulis yang lain, terutama mereka yang sudah lama jadi sastrawan, meskipun sangat sedikit yang pernah bertemu langsung
LikeLike
Enak sekali bisa belajar langsung dari sumbernya, karakter dan dan ruhnya dapet
LikeLiked by 1 person
yang langsung dapat wejangan baru dari Pak Taufik Ismail, Pak Ahmadun ketemu sekali, Pak Dharmadi berkawan baik, Pak Ahmad Tohari cukup akrab sebelum saya pindah kerja
LikeLike
Ya saya sangat suka dengan kalimat-kalimat lugas dan bebas dari teori-teori keseharian itu membuat pikiran saya menjadi bebas, sehingga memunculkan frasa yang positif.
LikeLiked by 1 person